Semilir angin menerpa dedaunan di sela-sela pohon beringin yang menjulang tinggi. Hari itu merupakan salah satu kenanganku dengan almarhumah mama tercinta. Aku menikmati jalan pagi dengan mama menyusuri pinggiran kota kecil tempat kelahiranku. Mama termasuk orang yang sangat senang jalan-jalan, apalagi tempat yang dituju merupakan tempat-tempat yang indah. Mama adalah seorang guru yang mengabdikan dirinya di salah satu sekolah yang berada di pinggiran kota. Bagiku mama merupakan guru terbaik buat siapapun apalagi buat anak-anaknya. Dari mama aku banyak belajar tentang kehidupan. Nasehat-nasehatnya ibarat mutiara berkilau yang selalu menyejukkanku.
Aku senang apabila mama bercerita padaku tentang masa kecil dan masa remajanya. Masa-masa itu dilewatinya ketika negeri ini masih dijajah. Sungguh memprihatinkan nasib para rakyat kecil ketika penjajahan itu masih merajalela di negeri ini. Nasib rakyat bagaikan budak di tanahnya sendiri. Kekayaan alam yang melimpah tidak mampu mengenyangkan perut rakyatnya karena selalu habis dikeruk oleh penjajah. Jadi pada masa itu tidak hanya penderitaan batin yang mereka rasakan tetapi penderitaan fisik juga selalu menghantui rakyat jelata. Perlawanan demi perlawanan bergejolak dimana-manaa hanya untuk meraih sebuah kemerdekaan untuk negeri yang dicintai ini.
Sekarang, Indonesia sudah merdeka. Kemerdekaan yang dulu sangat diharapka oleh semua rakyat Indonesia telah terwujud nyata. Pengorbanan harta bahkan nyawa terbayarkan dengan termilikinya tanah air ini. Sekarang kita sudah mejadi tuan rumah di negeri kita sendiri. Negeri yang banyak mempunyai kekayaan yang melimpah. Kekayaan yang tersebar di pelosok negeri. Di dalam tanah, air dan hutannya tersebar kekayaan alam yang menjanjikan kemakmuran untuk rakyatnya.
Mama selalu bilang padaku Indonesia ini merupakan negara yang sangat kaya. Tapi mashi ada semburat kekecewaan terpendar diwajahnya kalau mengatakan Indonesia ini negeri yang sangat kaya. Susah payah para pejuang meraih kemerdekaan untuk negeri ini tapi apa yang sekarang dilakukan para generasi penerusnya sekarang ini. Kerusakan terjadi dimana-mana. Kerusakan alam sudah hal lumrah yang sering kita lihat. Sekarang kerusakan moral mulai merambah pada diri generasi negeri ini. Rasa peduli terhadap sesama sudah hilang tak membekas. Individualisme dan keserakahan semakin merajalela. Seakan-akan pepatah yang sering dikatakan orang bahwa “orang yang kuat maka dialah yang akan menang” sudah berlaku pula di negeri ini. Dalam nasehatnya mamanya juga selalu bilang rasa nasionalisme generasi sekarang sedikit demi sedikit sudah mulai luntur dan hilang.
Sebagai seorang generasi bangsa ini, hatiku sedikit terketuk untuk mulai membenahi diri untuk negeri tercinta ini. Lewat sebuah keinginan, persatuan dan niat yang tulus, kita pasti bisa membenahi semuanya. Kita harus kembali menyemangati lingkungan kita untuk bisa melakukan perubahan untuk negeri. Perubahan untuk menjadi lebih baik. Negeri kita ini kaya bahkan sangat kaya. Kita harus kembali bisa menjadi tuan rumah terhadap kekayaan ini bukan menjadi budak dari kekayaan ini.
Dari dulu Indonesia sangat terkenal dengan penduduknya yang ramah, lembut dan sopan santun. Slogan itu harus kembali kita raih. Setiap orang yang mengunjungi berbagai pelosok negeri ini harus kita suguhkan dengan keramahtamahan kita sebagai bangsa yang beradab. Bahkan dulu Indonesia juga terkenal sebagai bangsa yang pemalu dengan artian malu untuk melakukan hal-hal yang amoral.
Melimpahnya kekayaan alam yang terdapat di tanah, air dan hutan seharusnya bisa kita manfaatkan secara baik. Sekarang ini semua kekayaan itu memang disalahgunakan oleh segelintir orang yang ingin memperkaya diri pribadi. Berbagai tipu muslihat berkedok terjadi dimana-mana untuk membodohi rakyat. tapi itu tidaka kan terjadi lama karena hukum alam pasti terjadi. Sebaiknya hal tersebut janganlah kita pupuk dengan subur di hati kita. Kekayaan ini milik kita bersama. Kekayaan ini tidak akan habis bila kita bisa memanfaatkannya dengan baik. Kekayaan ini pula akan terbagi dengan merata buat seluruh rakyat di negeri ini sehingga yang namanya kemiskinan tidak akan menggerogoti rakyat negeri ini lagi.
Teknologi yang mendunia juga sudah merambah Indonesia. Kita juga sudah larut dalam teknologi itu. Kita semua tahu apabila teknologi dimanfaatkan dengan baik maka teknologi itu akan berdampak baik pula dengan kita namun sebaliknya. Lewat teknologi, kita bisa meraih ilmu dengan seluas-luasnya. Dengan teknologi pula kita bisa meraih untung dengan sebesar-besarnya.
Kemajuan teknologi dapat kita manfaatkan untuk kemajuan negeri ini. Memeperkenalkan Indonesia ke mata dunia luas. Indoensia sebuah negeri yang indah dengan segudang kekayaan didalamnya. Keindahan negeri ini mampu menghipnotis banyak mata untuk melihatnya. Tidak hanya pulau Bali dengan pantai Kutanya ataupun Terumbu Karang Bunaken tapi masih banyak lagi kekayaan pariwisata yang dimiliki oleh Indonesia.
Pariwisata Indonesia tersebar dimana-mana. Jadi kembali teringat ketika kami sekeluarga menghabiskan liburan di salah satu tempat pariwisata tidak jauh dari kota kecilku yaitu Loksado. Tempat pariwisata alam yang menyenangkan, selain menyuguhkan panorama alam ternyata di tempat ini juga terselip salah satu budaya bangsa tentang suku Dayak. Di tempat ini diperkenalkan bentuk-bentuk perumahan suku Dayak Meratus dan Balanting Paring atau arung jeram, sebuah tradisi suku Dayak yang banyak diminati pengunjung. Tradisi unik ini menggunakan rakit bambu. Aku merasa bangga dengan kebudayaan ini dan menurut orang tuaku hal ini hanya salah satu dari kebudayaan Indonesia. Di berbagai pulau lainnya di Indonesia masih banyak menyimpan ragam macam kebudayaan lainnya. Jadi, mengapa kita mesti membiarkan kekayaan kebudayaan kita ini hilang terlindas zaman.
Indonesia, salah satu negara yang sudah banyak menciptakan orang-orang yang pintar dengan keilmuan yang tinggi. Kita harus optimis dengan kepiawaian rakyat kita sendiri dalam mengelola kekayaan negeri ini. Sekali lagi kita harus jadi tuan rumah di negeri kita ini janganlah menjadi budak yang dimanfaatkan orang luar untuk mengeruk kekayaan kita.
Tidak ada komentar
Posting Komentar