Mengatasi anak yang cengeng tidak cukup hanya dengan memberi permen, es krim, ataupun memenuhi segala keinginannya. Lebih dari itu, kita sebagai orang tua wajib menyelami lebih dalam mengapa anak-anak menjadi terlihat lebih cengeng daripada biasanya, terutama ketika mereka memasuki usia 2 tahun alias fase 'terrible two'.

Meskipun namanya terrible two, maka fase anak cengeng ini bisa dimulai ketika anak berusia di atas setahun sampai lewat dari usia 3 tahun lho. Lebih tepatnya, terrible two terjadi ketika anak sudah mulai meraih milestone dalam hal perkembangan dirinya. Semisal anak bisa mengucapkan dua atau tiga kata, sudah bisa berjalan, maupun memanjat.

4 Tanda Anak Memasuki Fase Terrible Two      

Lalu, apa saja tanda kalau anak tengah memasuki fase terrible two?

1.    Perubahan perilaku yang drastis

Di satu saat, anak kita akan kelihatan manis, penurut, suka bermanja-manja dengan kita atau menunjukkan tanda-tanda tenang serta mudah diatur. Namun hanya selang beberapa menit kemudian, anak bisa menjerit-jerit, menangis, dan tidak mau menjalankan semua perintah kita tanpa alasan yang jelas.

2.    Penolakan

Si anak mungkin akan menolak untuk masuk ke rumah, berganti baju, bahkan bisa saja tidak mau disentuh oleh kita sendiri. Pokoknya, semua yang kita ucapkan atau lakukan merupakan hal yang salah di mata anak kita

3.    Mencari perhatian

Anak-anak yang tengah dalam fase terrible two ini akan suka sekali mendapat perhatian kita, atau istilahnya suka caper. Untuk memperoleh perhatian ini pun, anak-anak tidak segan untuk melakukan berbagai hal yang menurut mereka akan berhasil.

Jadi, jangan heran ketika kita sedang membaca buku atau menonton televisi, anak tiba-tiba berteriak sekeras-kerasnya. Mereka mungkin juga melempar mainan ke badan kita atau bisa juga sampai membentur-benturkan kepala ke tembok. Melihat hal ini moms tidak perlu panik. Semua itu dilakukan supaya perhatian kita hanya untuk anak.

4.    Menjadi antagonis

Dalam tahap ini, anak sangat cenderung terlihat sebagai tokoh antagonis bagi kita. Sepertinya, semua hal yang dilakukan anak hanya untuk menyusahkan kita, misalnya melempar-lempar makanan maupun berteriak-teriak.

kita tidak perlu kesal ketika anak menangis karena kita memakaikannya baju warna merah, bukan hijau. Kita juga harus banyak bersabar ketika ia tidak mau makan di piring dan lebih memilih mangkok.

Meski terlihat sepele, Jacobson pernah menyatakan perilaku berontak ini merupakan tanda bahwa anak kita mengalami peningkatan intelejensia yang signifikan ketika memasuki fase terrible two. Mereka bukan menangis, mengamuk, atau berguling-guling tanpa sebab, melainkan ada tujuan yang ingin dicapai.
 
Cara Mengatasi Anak Cengeng di Fase Terrible Two

Berikut ini ada beberapa cara mengatasi anak cengeng seperti diungkapkan oleh Betsy Brown Braun.

1.    Jangan panik

Langkah pertama yang harus dilakukan kita untuk mengatasi anak cengeng, termasuk ketika tantrum anak tengah meledak, ialah menarik nafas panjang dan menenangkan diri. Perlu diingat bahwa tantrum yang dilakukan oleh anak ialah hal normal, sekalipun puluhan pasang mata akan memicing ke arah kita karena dianggap tidak bisa menenangkan anak yang tengah marah di ruang publik.

Jangan karena tidak ingin jadi pusat perhatian, kita langsung menuruti semua kemauan anak ketika tantrum. Bukannya menyelesaikan masalah, tapi hal itu justru akan membuat anak kembali mengulangi hal yang sama untuk mendapatkan kemauannya.

2.    Tegas mengatakan "tidak boleh!"

Salah satu kesalahan dalam memahami parenting 101 ialah kita tidak boleh berkata "tidak boleh" kepada anak karena dianggap akan membatasi kreativitasnya. Namun, Braun menegaskan ada kalanya perilaku anak memang harus bisa dibatasi, misalnya ketika anak melakukan kekerasan fisik ketika menangis seperti memukul-mukulkan kepala ke tembok, menggigit, atau menendang orang lain.

3.    Timeouts

Timeouts alias waktu jeda bisa digunakan anak maupun oleh kita untuk merenungi kesalahan. Dalam hal menanamkan berbagai nilai disiplin dalam diri anak, kita bisa mengajak anak duduk di sebuah ruangan kemudian memberinya waktu merenung. Jika konsisten dilakukan, maka timeouts ini bisa menjadi petunjuk bagi anak bahwa ia telah melakukan kesalahan setiap kali dibawa ke spot yang sama setelah melakukan suatu perbuatan.

4.    Mengambil hal favoritnya

Melarang anak untuk bermain mainan favoritnya bisa jadi sebuah alat yang sangat ampuh untuk mengurangi sifat cengeng anak kita. Misalnya si anak melempar mainan, maka kita bisa menegaskan bahwa anak tidak akan boleh memainkan mainan yang sama karena tindakannya salah.

Hal yang sama bisa diaplikasikan ketika anak mengamuk, misalnya, di pusat perbelanjaan. Kita bisa mengatakan bahwa si anak tidak akan diajak lagi kalau terus menunjukkan amarahnya di depan umum. Tindakan tersebut diharapkan mampu untuk mengontrol emosi anak dan menjadikan mereka lebih disiplin.

5.    Rewards and punishments
Langkah keempat di atas bisa jadi merupakan bentuk punishments alias hukuman atas kenakalan yang telah ditunjukkan oleh anak ketika tantrum. Namun ketika anak berlaku baik setelah tantrum usai, kita juga perlu mengeluarkan sanjungan supaya ia bisa membedakan mana perilaku yang membuat kita marah tanda perbuatannya salah, mana perilaku yang membuatnya mendapat hadiah karena bersikap baik sehingga bisa mencegah tantrumnya kumat lebih sering.

6.    Mengalihkan perhatian

Terkadang, mengajak anak mandi pun bisa membuat kita serasa ikut bertempur di Perang Dunia Kedua. Anak menjerit histeris ketika bajunya hendak dilepas, apalagi diajak untuk mendekat ke pintu kamar mandi.

Namun, kita bisa mencoba mengalihkan perhatian dengan memberikannya mainan favorit untuk dibawa serta ke kamar mandi. "Kita mandiin mainan aja yuk." Maka anak pun bisa asyik bermain mainan favorit sementara Ibu atau ayah membersihkan sekujur badan si anak.

7.    Berhenti dan menepi

Ketika segala cara sepertinya sudah kita lakukan untuk mengatasi anak cengeng, tapi semuanya tidak berhasil, mungkin itu pertanda kita harus berhenti berusaha dan mengaku kalah dengan keadaan. Misalnya, si anak terus saja menangis karena tidak ingin pakai baju yang kita siapkan, maka berhentilah membujuknya. Kita bisa merapat ke sisi ruangan sambil menenangkan diri, misalnya sambil minum teh, membiarkan anak menangis, namun tetap mengawasinya supaya tidak melakukan berbagai hal yang membahayakan diri sendiri.

8.    Tidak melarang

Ketika anak marah-marah dengan melempar mainannya, kita sebaiknya tidak berkata "jangan melempar!" Tetapi, katakan saja "yuk kita main lempar bola saja. Sini Ibu yang tangkap."

9.    Ikuti dramanya


Pernah mengalami anak yang tantrum gara-gara tidak ingin menyudahi waktu bermainnya dengan teman-temannya?

Kalau iya, kita mungkin bisa mengikuti alur drama yang diciptakan si anak dengan berempati. Misalnya dengan mengatakan, "Ibu senang kamu main dengan teman-teman, tapi ini sudah hampir malam, mainnya dilanjutkan di dalam rumah bersama Ibu ya."

Jadi mulai sekarang, banyak-banyak menyetok kesabaran ya, moms. Setiap anak itu emang unik dengan karakternya masing-masing.

Salam